Halaman

ZONA WAKTU INDONESIA AKAN DISATUKAN????

BY: SIDE OF YOU

Baru-baru ini Indonesia dihangatkan oleh isu penyatuan waktu. Bagi saya, sebetulnya ini bukan sebuah wacana baru. Seperti kita ketahui, Indonesia terbagi kedalam tiga zona waktu :
  • Waktu Indonesia Barat (WIB). Wilayah waktu ini terletak pada 105 derajat BT. Selisih waktu 7 jam lebih awal daripada waktu Greenwich (GMT). Wilayah meliputi seluruh Provinsi Sumatra, seluruh Provinsi Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Madura, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
  • Waktu Indonesia Tengah (WITA). Wilayah waktu ini terletak pada 120 derajat BT. Selisih waktu 8 jam lebih awal dari pada waktu Greenwich (GMT). Wilayahnya meliputi seluruh Provinsi Sulawesi, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Bali, NTB, dan NTT.
  • Waktu Indonesia Timur (WIT). Wilayah waktu ini terletak pada 135 derajat BT. Selisih waktu 9 jam lebih awal dari pada waktu Greenwich (GMT). Wilayahnya meliputi Maluku dan Papua serta pulau-pulau kecil disekitarnya.

Perhitungan waktu menurut standar internasional yang berlaku adalah GMT (Greenwich Meridian Times) yang berada pada garis bujur 0 derajat. Oleh karena itu, wilayah Indonesia yang terletak di sebelah timur Greenwich, waktunya lebih cepat daripada GMT. Secara ringkas dapat dilihat pada data berikut ini :

Derajat

0

15

30

45

60

75

90

105

120

135

150

165

Selisih Waktu

0 GMT

1

2

3

4

5

6

7 WIB

8 WITA

9 WIT

10

11

Sebetulnya kita tidak usah panik dengan wacana ini, karena ini bukan sesuatu yang baru di Indonesia, apalagi di dunia. Dulu di zaman Hindia Belanda pun Indonesia dibagi dalam zona 30 menit, jadi setiap wilayah mempunyai selisih waktu 30 menit, dengan zona waktu semisal Waktu Sumatera, Waktu Jawa, Waktu Maluku, dan lain sebagainya. Pada waktu itu Singapura memilih waktunya sama dengan waktu Jawa dan bukan dengan zona waktu Sumatra, karena kepentingan perdagangannya dengan Jawa. Padahal, kalau kita amati Singapura lebih sejajar dengan Sumatera dibanding dengan Jawa.

Baru pada tahun 50-an konsep pembagian waktu Indonesia kedalam tiga zona diterapkan seperti yang sekarang ini. Jawa masuk kedalam zona sumatera dan menjadi WIB, yang aneh adalah Singapura. Sebagai catatan tambahan juga, bahwa pada zaman penjajahan Jepang demi kepentingan militer, waktu di Indonesia pernah disesuaikan dengan waktu di Tokyo, alias sama dengan waktu di Papua (WIT).

Serasa Aneh Kah ?

Mungkin dengan konsep penyatuan waktu kedalam zona waktu Indonesia Tengah, banyak dari kita yang mengerutkan dahi ketika Sabang dan Merauke mempunyai waktu yang sama, ada kesan kalau kita sedang membohongi kenyataan waktu yang itu membuat kita sangat bingung. Di Papua pukul 6 pagi sudah sangat terang benderang, sementara di Aceh masih pagi buta.

Sebetulnya kita tidak perlu bingung, kalau kita perhatikan peta zona waktu dunia, kita akan menemukan yang lebih shock lagi, yaitu jika memperhatikan zona waktu di Cina dan India. Kita akan melihat kalau Indonesia memiliki 2 garis pemisah sebagai pembagi tiga zona, tapi Cina dan India dengan luas wilayah yang luas pula, tidak memiliki garis-garis pemisah zona waktu tersebut. Ya, itu karena mereka menggunakan satu zona waktu, meskipun untuk negara Cina dengan luas wilayah 60° permukaan bumi bisa di bagi kedalam 5 zona waktu.

Penerapan satu zona waktu di Cina menciptakan “keajaiban dunia” kedua setelah Tembok Cina. Di ujung barat Cina, matahari di atas kepala akan terlihat pada pukul 15:00 dan pukul 11:00 di ujung timur. Perbedaan ekstrem terasa ketika berada di perbatasan Cina dan Afganistan. Dalam jarak hanya 76 km, kedua negara tersebut berselisih waktu tiga jam 30 menit. Sepanjang tahun 1912-1949, Xinjiang dan Tibet memilih GMT+6. Menyusul Partai Komunis Cina berkuasa sejak 1949, pemerintah mengubahnya menjadi GMT+8. Kalau kebetulan berbisnis di Xinjiang atau berlibur di Tibet, biasakan melihat warga setempat melakukan urusan mereka dua jam lebih telat dari biasanya. Makan siang mulai pukul 14:00, jam pulang kerja pukul 19:00.

Ketidak wajaran ini memang sangat terasa aneh, tapi untuk banyak kepentingan negara itu bukan lagi persoalan. Apalagi karena jam pada dasarnya hanyalah keterangan waktu. Kalau mau sedikit berpusing-pusing lagi mungkin kita juga bisa bertanya-tanya, kenapa pagi hari dimulainya dengan pukul 6, bukan pukul 1 ?. Nah lho… :-D

Apa Keuntungan Menyatukan Zona Waktu ?

Keuntungan yang paling mendasar dari penyatuan zona waktu adalah dari sektor perekonomian. Bagi sebagian orang mungkin akan ada yang mengatakan : “Huh, lagi-lagi uang !”. Hemh… no problem kalaupun ada yang mengatakan demikian, tapi bukankah faktor yang sering dituntut oleh masyarakat adalah kesejahteraan perekonomian. Penyatuan zona waktu memang tidak akan menjamin kesejahteraan, tapi tetap memberikan pengaruh penting terhadap perekonomian.

Jadi, jika Indonesia disatukan waktunya maka keuntungan yang didapat adalah :

  • Money market di Indonesia buka dan tutup bersamaan dengan pasar uang internasional, dalam hal ini Singapore, Malaysia dan lain-lain, sehingga rupiah lebih dapat dikontrol. Rupiah diharapkan dapat lebih stabil.
  • Demikian juga Capital Market.
  • Menurut PLN, akan mengurangi penggunaan listrik secara nasional
  • Menurut pakar pariwisata, akan meningkatkan jumlah wisatawan manca negara
  • Meningkatkan produktifitas nasional
  • dan lain-lain yang sangat positif bagi kita Bangsa Indonesia.

(sumber)

Indonesia akan berada satu zona waktu dengan Singapura, Malaysia, Hongkong, dan beberapa negara lain yang tingkat produktivitasnya tinggi. Transaksi dan koordinasi bisa dilakukan secara bersamaan.

Kepulauan Riau termasuk Batam akan tertolong, yang satu dekade ini meratapi nasibnya berada dalam garis bujur dan lintang yang relatif sama dengan Singapura tapi terpisah oleh perbedaan waktu. Setiap tahun sekitar US$70 juta milik 1,2 juta warga Singapura dan Malaysia dihabiskan di pusat-pusat kebutuhan di Batam dan sekitarnya. Ini belum seberapa jika para “wisatawan akhir pekan” tersebut tak bergegas pulang karena perbedaan waktu.

Ekses Negatif

Untuk kedepannya, sebetulnya banyak yang memprediksi tidak ada ekses negatif yang ditimbulkan. Mungkin bisa dibilang lebih banyak manfaatnya dibanding madharat-nya. Persoalan yang timbul bisa jadi adalah proses saat penyesuaiannya, karena harus melakukan banyak penyesuaian atau adaptasi di beberapa bidang. Itupun tidak terlalu sulit sebetulnya, proses adaptasi akan sangat terasa untuk wilayah yang selama ini menggunakan zona waktu WIB. Sedangkan untuk yang dizona WITA dan WIT tidak terlalu masalah. Untuk WITA jelas mereka memiliki kemudahan karena tidak harus lagi mengikuti WIB, maklum karena selama ini meskipun dibagi kedalam tiga zona waktu seringkali WIB dijadikan sebagai acuan. Sementara untuk yang di zona WIT selama ini mereka sudah cukup terbiasa mengikuti perkembangan WIB melalui siara televisi yang sebagian besarnya mengadopsi zona WIB.


dari berbagi sumber

2 komentar:

  1. Seharusnya waktu timur atw WIT yg harus dipakai dlm berbagai bidang di indonesia misalnya contoh pertelevisian yg sllu mnggunakan wktu wib, pdhalkan seharusnya yg lebih cpt yg harus diikuti bkn sebaliknya..

    BalasHapus
  2. Gan,,,Misalkan 2 buah rumah di daerah perbatasan; rumah yang satu masuk WIB dan yang satunya lagi masuk WITA. Apakah benar selisih waktunya langsung beda 1 jam begitu?
    Yang kedua masih utk di daerah perbatasan, bagaimana masyakrakat di daerah perbatasan waktu menentukan dia masuk zona waktu yang mana? Trims

    BalasHapus